Teori Belajar Kalr Rogers

Teori belajar merupakan merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses belajar yang telah diuji kebenarannya melalui eksperimen dan penelitian. Dengan mempelajari teori belajar pemahaman seseorang bagaimana terjadinya proses belajar akan meningkat, oleh karena itu sangat penting bagi seorang guru memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip berbagai teori belajar.
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap ( Purwanto, 2010 ). Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan mahluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar.
Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuikan diri dengan lingkungannya.
Ilmu pendidikan berasal dari berbagai ilmu seperti sosiologi, psikologi, dan filsafat. Oleh karena itu, di dalam ilmu pendidikan ditemukan berbagai macam aliran. Adanya aliran ini disebabkan ilmu pendidikan berhubungan dengan manusia yang terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Disisi lain perkembangan manusia itu sendiri menjadi objek studi para ahli, sehingga pendidikan tak pernah luput dari pemikiran para ilmuwan.
Proses pendidikan dalam skala yang lebih luas, atau layanan pembelajaran sebagai bagian  yang lebih sederhana cakupannya, menghendaki dasar pijak yang kuat demi keakuratannya mencapai tujuan yang di tetapkan melalui teori-teori belajar diantaranya dengan teori humanistik yang dikemukakan oleh Carl Rogers.
Pendekatan humanistik memiliki satu ide yang penting yaitu siswa harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar, apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Ide pokoknya adalah bagaimana siswa  belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar dari pada sekadar menjadi penerima pasif dalam proses belajar.
Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekadar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan dasar itu,  pendidikan membutuhkan pemahaman beragam tentang teori pendidikan yang berkembang diberbagai negara, sehingga menjadi masukan yang merupakan referensi bagi alternatif layanan pendidikan yang lebih baik pada lembaga pendidikan, hal inilah yang menjadi dasar penulis untuk membahas teori belajar menurut Carl Rogers ini.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
Bagaimana teori belajar menurut Carl Rogers ?
Bagaimana  Penerapan Teori Belajar humanistik menurut Carl Rogers dalam pembelajaran ?

Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui teori belajar menurut Carl Rogers dan penerapan teori belajar humanistik menurut Carl Rogers dalam proses pembelajaran.

PEMBAHASAN
Teori Belajar Menurut Carl Rogers
Carl Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illnios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif ( bermakna ) dan experiential ( pengalaman atau signifikansi ). Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai, seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil.
Experential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa. Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasiaan bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom to learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting di antaranya ialah
Manusia mempunyai kemampuan belajar secara alami.
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri. Penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus-menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.

Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Carl Rogers adalah:
Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.

Aplikasi Teori Belajar Menurut Carl Rogers dalam Pembelajaran.

Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat elektrik, tujuannya adalah untuk memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri.
Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutukan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatnya masing-masing di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.
Aplikasi Teori Humanistik ini lebih merujuk pada spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran adalah menjadi fasilisator bagi para siswa. Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya dari pada hasil belajar. Proses yang umumnya adalah:
Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat memilih pelihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari prilaku yang ditunjukan
Guru menerima siswa apa adanya,berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normative tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan / proses belajarnya.
Memberikan kesempatan siswa untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori humaristik ini cocok diterapkan untuk materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola fikir, prilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan,norma,disiplin / etika yang berlaku.
Pendekatan humanistik juga menekan kepentingan peranan guru dalam memberi sokongan dan mengambil berat, serta bergantung lebih kepada menerangkan sebab sesuatu perkara perlu dilakukan dengan cara tertentu. Teori ini diamalkan didalam bilik darjah dimana guru perlu mengambil berat terhadap murid khasnya murid tahun satu dimana mereka memerlukan perhatian guru dan mereka masih banyak perkara yang perlu dipelajari contohnya cara menulis nota, cara melukis gambar, cara menjawab persoalan serta aktivitas kelompok atau aktivittas di dalam diskusi.
Oleh itu, guru perlu mengajar serta membimbing murid dengan melihat kelemahan murid contohnya bagi murid yang masih lemah dalam penulisan atau pemahaman, guru perlu mendekati murid dengan mengajar cara penulisan yang betul, ejaannya serta bacaanya. Guru memerlukan perhatian yang lebih bagi siswa yang lemah dan perlahan cara memahami pembelajaran di dalam kelas. Guru perlu menerangkan sebab sesuatu perkara perlu dilakukan dengan cara tertentu.
Bagi teori ini, guru perlu memberi dukungan serta motivasi kepada siswa karena siswa yang lemah dari segi pelajaran kurang berminat untuk belajar.. Oleh itu siswa perlu dididik dengan tegas dan prihatin kerana mereka perlu perhatian dari guru. Dari itu teori ini bercirikan kesadaran mereka sebagai insan yang unik mempunyai potensi yang unggul dan mereka berusaha sedaya upaya untuk mengembangkan potensi tersebut sepenuhnya.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
a)    Merespon perasaan siswa
b)    Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
c)    Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
d)    Menghargai siswa
e)    Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
f)    Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
g)    Tersenyum pada siswa ( Soemanto, 2006).
     Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Menurut Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar, siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya, pengorganisasiaan bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa, belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Teori belajar humanistik menurut Carl Rogers, berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.
B.    Saran
Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru menciptakan kondisi yang mendukung, yaitu empati, penghargaan,dan umpan balik positif. Sehingga guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai menusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.